Hi! Cerpen ini udah lama banget gue bikinnya sekitar 2 tahun yg lalu mungkin dari segi bahasa dan cerita msh byk kekurangan. oke cekidot ajadeh.. selamat membaca :)
Apapun yang dilakukan oleh Acha tak pernah benar dimata Rio, Kakak Acha. Bahkan Rio terkesan cuek bebek terhadap Adiknya sendiri.
" Ibu beliin eskrim buat aku, asyik-asyik." Ucap Acha kegirangan. Acha lalu membuka plastik es krim itu. Baru saja terbuka sedikit, tangan Rio langsung segera mengambil es krim itu
" Apaan sih Lo! Ini tuh es krim gue! Kalo mau, beli aja sendiri.." Rio langsung melanjutkan membuka plastik es krim itu kemudian memakkannya. Acha hanya menyaksikan dengan tampang memelas
" Itu kan es krim punya Acha. Kak Rio jahat!" Acha lalu pergi meninggalkan Rio diselingi dengan isakan air mata yang mengalir di pipi lembut gadis berusia 10 tahun. Rio seperti membiarkan acha menangis histeris seperti ini.
Acha terbaring lesu di tempat tidur sambil memegangi boneka kesayangannya. Ibu pun akhirnya datang menghampiri Acha.
" Acha kenapa? Kok nangis?" Tanya Ibu
" Kak Rio Bu.. Masa Kak Rio ngambil es krim Acha." Jawab Acha dengan nada terisak-isak
" Acha, es krim itu memang punya Kak Rio.. Acha mau? nanti Ibu beliin ya." Ibu mencoba menenangkan Acha dari tangis histerisnya. Acha mengangguk setuju.
Tak berapa lama, tangisan Acha berhenti. Rio yang tadi sempat berisik karena tangisan itu, langsung memarahi Acha,
" Udah nagisnya? Cengeng banget sih jadi anak!" Dumel Rio. Raut muka Acha seketika beruba menjadi merah.
" Acha kan masih kecil.. Anak kecil kan sukanya nangis." Bela Acha.
" Kebanyakan ngoceh Lo." Bentak Rio tambah kencang. Ibu yang lagi di dapur segera melerai kedua anaknya.
" Rio udah! sukanya kok marahin Acha. Apa sih salah Acha sama Kamu?" Ibu bertanya serius. Rio teteep santai menaggapinya.
" Salah Acha itu banyak.. banyak banget! Sial punya adek kaia Lo." Tunjuk Rio ke Acha. Acha semakin takut dengan sikap Rio. Ibu langsung mengajak Acha ke kamar. Ibu tak mau membiarkan Mereka terus-terusan bertengkar. Bikin pusing! Apalagi Rio, Kalo udah ngomong ngga berhenti-henti.
<><><><>
Acha semakin ketakutan dengan sikap Kakaknya yang makin hari makin melunjak. Acha ngerasa Kakaknya sudah ngga sayang lagi sama Acha. Kakak Yang satu-satunya diharepin Acha adalah Riko. Dialah Kakak yang 100% ngerti keadaan Acha. Sayang sama Acha, perhatian dan pokonya selalu nganggep Acha itu sebagai adiknya. Beda sama Rio yang ngga pernah anggep Acha itu ada. Boro-boro mau sayang sama Acha, senyum aja ngga pernah.. Tapi anehnya, banyak cewe yang ngantri buat ngedapetin cintanya Rio. Cewe-cewe ngga pada tau sifat Rio yang sebenarnya. Kalo tau juga ngga bakal ada yang mau sama Rio. Acha berharap suatu saat nanti ada yang bisa ngubah sikap Kakanya itu. Walaupun Acha tau, Sikap itu ngga bisa ada yang ngubah selain dari orang itu sendiri. Setidaknya ada yang bilangin lah atau apalah biar Rio tuh bisa berubah. Bukan Rio kaia gini yang diharapin ibu, Riko dan Acha juga.
" Acha kabur aja deh dari rumah. Udah ngga ada yang sayang lagi sama Acha." Ucap Acha pada dirinya sendiri. Sesekali Acha memandangi foto keluarganya yang masih utuh sebelum Ayah meninggal. Ya mungkin saja Sifat Rio berubah sejak meninggalnya Ayah. Dan kematian Ayah ada hubungannya dengan Acha.. Jadi dari situlah, Rio sangat membenci Acha.
" Kenapa ngga Acha aja yang meninggal?? Kenapa harus Ayah..?" Acha bertanya-tanya sendiri. Sebuah pertanyaan itu terlontar sangat jelas. Acha meneteskan air matanya. Air matanya mulai membasahi semua wajah cantik acha.
" Acha kangen Kak Rio yang dulu. Acha kangen Kak Rio 3 tahun yang lalu."
Di setiap hembus nafasnya, Acha terus berdoa agar Kakaknya kembali seperti dulu. Waktu Ayah meninggal, Acha memang sedang bersama Almarhum.. Saat Ayah mengambilkan boneka beruangnya yang jatuh di jalanan..Dan sebuah truk besar melintas di jalan itu dengan kecepatan tinggi. Secara langsung, Truk itu menabrak Ayah yang masih dalam posisi di tengah jalan. Darah pun mengalir sangat deras di sekujur tubuh Ayah. Acha hanya bisa menangis histeriss menyaksikan kejadian itu. Supir truk yang menabrak Ayah Acha seketika langsung meninggal di tempat kejadian, sama seperti Ayah Acha. Untunglah kejadian ini tak membuat Acha trauma ataupun depresi. Ibu bisa sedikit bernafas lega karena kejadian itu tak berdampak serius pada Acha. Tapi,, kejadian itu malah berdampak pada Rio.. Terlalu besar rasa sayang Rio kepada Ayah. Melebihi rasa sayangnya kepada Ibu. Sampai sampai sikap Rio berubah total dari sebelumnya.
<><><><>
Pagi-pagi di hari libur ini, tidak ada aktivitas seru yang dijalankan. Acha merasa bosan dan suntuk di rumahnya. Tanpa berpamitan dulu, Acha langsung pergi meninggalkan rumah.
Acha berjalan menyusuri komplek dekat rumahnya. Langkahnya semakin dipercepat. Semakin jauh pula Acha berjalan. Tak ada tempat yang asyik untuknya merenung. Acha memutuskan untuk menyeberang jalan. Walupun jalanan itu tak begitu penuh kendaraannya,, Tapi acha sangat berhati hati saat menyeberang. Hampir saja Acha sampai ke sebrang jalan itu.
tiba-tiba,,,,
"Shitttttttttt" Suara sepeda itu berhenti mendadak di hadapan Acha. Beruntunglah Acha tidak jadi tertabrak sepeda itu. Si pengendara sepeda dengan sigap menolong Acha.
" Adek gapapa? Maaf ya tadi Kakak hampir nabrak Kamu." Suara lembut itu menyapa Acha dengan ramah. Suaranya pun tidak meyengat seperti suara Kak Rio. Mungkin karena si pemilik suara ini perempuan. Jadi tutur katanya lebih lembut dan sopan
" gapapa kak." Acha tersenyum ke arah perempuan itu.
" Siapa nama adek? nama Kakak Shilla." Tanya Shilla seraya memperkenalkan dirinya.
" Aku Acha." Jawab Acha.
' cantik banget ya Kak Shilla.' batin Acha kagum.
Shilla lalu membantu Acha berdiri. Acha lalu membersihkan roknya yang terlihat kotor terkena noda tanah.
" O ya, rumah Acha dimana? "
" Di komplek anugrah."
" Kak Shilla anterin ya." Shilla lalu menggandeng tangan Acha. Secepatnya Acha langsung melepas gandengan itu.
" Acha ngga mau pulang! Acha mau disini dulu sama Kak Shilla." Kata Acha dengan muka cemberut.
" Nanti dicariin Loh Cha." Acha menggeleng keras. " Yaudah Acha boleh disini dulu. Sekarang Acha naik ke sepeda kak Shilla. Kita pulang ke rumah Kak Shilla dulu ya." Ajak Shilla.
" Yee.Makasih Kak Shilla." Acha langsung naik ke sepeda Shilla dengan semangat.
" Pegangan ya Cha..Ok kita berangkat." Kata Shilla mengaba-ngaba. Sepeda itu pun melaju agak cepat. Acha sangat kegirangan. Shilla pun ikut girang bersama dengan Acha.
<><><><>
" Rio...Acha kabur!" Seru Ibu dari arah ruang tamu. Rio langsung menghampiri Ibu.
" Palingan juga lagi ngumpet Bu.." Kata Rio santai.
" Ngumpet gimana sih? Ibu udah nyari ke segala ruangan di rumah ini. Tempat persembunyiannya Acha udah ibu cari,, Tapi ngga ada! Sekarang, Kamu cari Acha,, cepet." Perintah Ibu.
" Males ah." Respon Rio
" Rio, jangan bikin Ibu tambah marah.. cepet Kamu cari atau Ibu yang pergi dari sini!" Ancam Ibu. Rio akhirnya menuruti Kata Ibu. Cepat-cepat Rio pergi menggunakan sepeda motornya untuk mencari Acha.
<><><><>
Acha akhirnya sampai di rumah Shilla. Dilihatnya Rumah itu, sangat kecil dan padat dengan barang-barang. Shilla hanya tersenyum memperhatikan Acha yang sepertinya kaget akan keadaan rumah Milik Shilla.
" Rumah Kak Shilla jelek Cha.. beda sama Rumah Acha." Kata Shilla yang sontak membuyarkan pandangan Acha yang sedang memperhatikan isi keseliling rumah Shilla.
" Kak Shilla tinggal sama siapa disini?" Tanya Acha.
" Kak Shilla tinggal sama tante. Tapi lebih sering Kak Shilla tinggal sendiri soalnya tante Kakak jarang banget pulang kesini." Terang Shilla.
" Terus makannya gimana Kak?" Tanya Acha serius.
" Kakak bekerja sebagai loper koran. Hasil penjualan koran itu buat Kakak beli makanan."
" Kak Shilla hebat ya. Acha salut deh sama usaha Kakak." Ucap Acha kagum. Shilla hanya tersenyum simpel.
Shilla menyuguhkan beberapa makanan ringan untuk Acha. Tanpa basa-basi Aca langsumg melahap semua makanan itu. Maklum, sejak tadi Acha kabur dari rumah, Ia belum sama sekali minum ataupun makan. Shilla hanya tertawa kecil melihat tingkah Acha yang sedang melahap makanan-makanan itu.
" Sekarang, Kak Shilla anterin pulang ya." Acha kembali menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia sepertinya sudah betah dengan suasana rumah Shilla.
" Nanti aja Kak. Acha masih mau main yang lama disini." Kata Acha.
" Acha kenapa ngga mau Kakak anterin pulang?" Tanya Shilla sambil membelai rambut Acha yang terurai indah.
" Acha bosen sama suasana di rumah. Apalagi sama Kak Rio yang sifatnya udah ngga bisa ditangani." Jelas Acha sambil mengingat-ngingat kembali tampang kakaknya yang memang menurtnya nyebelin.
" haha.. Acha sering berantem ya sama Kak Rio?" Tebak Shilla.
" Iya Kak. Makannya itu, Acha males banget pulang. Coba Acha punya Kakak kaia Kak Shilla. Bahagia banget pasti hidup Acha." Kata Acha berandai-andai.
" Syukuri apa yang ada Cha.. " Kata Shilla menasehati. Acha hanya mengangguk dengan masih sejuta tanda tanya. Apakah Acha bisa menyukuri semua yang ada??? mungkinn bisa, mungkin tidak.. Maybe yes, maybe No.
<><><><>
Rio menelusuri setiap jalanan sambil mengendarai sepeda motornya. Berharap Acha bisa Ia temukan.
" Si Acha ngerepotin banget sih tuh! Pake acara kabur segala dari rumah.." Dumel Rio saat sedang mengendarai motornya. Ia cermati satu-satu anak anak yang melintas di sepanjang jalanan itu,, tapi tetap tidak ada Acha. Hampir ke seluruh kompleh tidak ditemukan sosok Acha.
" Gue harus cari kemana lagi ya?" Kata Rio frustasi. Keringat pun mulai mengalir di tubuh Rio.
" Satu kata buat Lo Cha! NYUSAHINNNNN.. bener-bener ." Dumel Rio lagi. Rio menghela nafas panjang sambil melirik kesana kemari. Siapa tau, Rio bisa menemukan Acha di tempat ini.
<><><><>
I jam sudah Acha singgah di ruma Shilla. Acha merasakan suatu ketenangan dan kedamaian saat bersama Shilla.
" Acha, pulang sekarang ya!". Kata Shilla untuk yang kesekian kalinya. Kali ini, Shilla berhasil ngebujuk Acha untuk pulang. Hal ini sedikit melegakan hati Shilla. Bukannya Ia merasa direpotin atau apa, Shilla tidak mau orang lain atupun keluarga Acha berfikir yang negative terhadap dirinya jika Shilla membiarkan Acha berlama-lama di rumahnya.
" Oke.." Acha bangkit dari kursi dan bergegas berjalan menuju pintu depan. Shilla pun demikian. Shilla lalu mengambil kembali sepeda miliknya yang terpakir di sebelah rumahnya.
Setelah selesai mengambil sepeda, Shilla siap mengantarkan Acha kembali ke Rumah.
" Ayo Naik." Perintah Shilla dengan lembut. Acha lalu naik di jok belakang.
Setengah jalan sudah dilewati Shilla dan Acha. Tinggal beberapa jarak lagi, Acha sampai ke rumah.
" Kak Shilla kalo nganterin koran pake sepeda ini juga?" Tanya Acha disepanjang perjalanan pulang.
" Iya . Mau pake sepeda mana lagi kalo bukan sepeda ini." Jawab Shilla .
" Oh ya..ya.. Kak Shilla kan cuma punya sepeda satu." Ujar Acha sambil tertawa. Shilla pun ikut tertawa karena Acha, si Gadis kecil yang baru 1 jam Ia berjumpa tapi sudah sangat akrab sekali dengan Shilla.
Sekarang Shilla dan Acha suda sampai di komplek Anugerah. Belum sampai Shilla mengantarkan Acha sampai rumah, Acha sudah meminta Shilla untuk berhenti disini.
" Kak Shilla berhenti!" Suara Acha membuat Shilla berhenti seketika. Acha lalu turun dari sepeda itu.
" Kak Shilla nganterin Aku sampai sini aja ya. Rumah Acha udah deket kok dari sini. Makasih ya Kak udah nolong Acha terus udah diajakin main kerumah Kakak terus dianterin pulang juga. Pokoknya makasih banget! Sukses ya buat Kak Shilla. Daah Kakak." Kata Acha panjang lebar. Shilla hanya tersenyum sambil mengangguk.
" Iya sama-sama. Hati-hati ya Acha cantik. Kakak seneng juga bisa ketemu Kamu." Bales Shilla. Acha lalu berjalan meninggalkan Shilla sendiri. Selang detik kemudian, Shilla kembali menggoes sepedanya menuju rumah.
<><><><>
" Assalamualikum." Sapa Acha saat sampai di rumah. Ibu yang sudah paham betul dengan suara Acha langsung bergegas lari menuju ruang tamu.
" Walaikumsalam. Acha ,,Kamu kemana aja Nak?" Tanya Ibu khawatir.
" Acha habis dari rumahnya Kak Shilla." Jawab Acha senang.
" Kak Shilla? Siapa Dia?" Tanya Ibu lagi
" Kak Shilla itu temen baru Acha. Kak Shillla baik banget deh orangnya."
" Terus kenapa Acha ngga bilang sama Ibu kalo mau main. Ibu kan ngga bakal sekhawatir ini Cha. Tuh Kak Rio sampe Ibu suruh nyariin Kamu."
" Kak Rio lagi nyari Acha?" Tanya Acha tak percaya.
" Iya, tapi juga itu Ibu ancam dulu baru mau nyari." Ujar Ibu. Acha tersenyum dan langsung memeluk erat ibunya.
Suara gemuruh sepeda motor terdengar. Ibu dan Acha langsung melepaskan pelukan itu. Dari arah pintu, nampaklah Rio yang mukanya sudah kusut dan kusam gara-gara mencari Acha. Betapa Kagetnya Rio kalo Acha sudah kembali ke rumah.
" Lo kabur kemana sih? gue carriin juga! Ibu khawatir banget tuh sama Lo!" Omel Rio.
" Acha ngga kabur Kak Rio.. Acha tadi habis main dari rumahnya Kak Shilla." Elak Acha. Rio menatap Acha bingung.
" Siapa tuh Shilla?" Tanya Rio cetus.
" Temen Acha. Dia baik banget deh orangnya." Puji Acha.
" Lo punya temen Cha.. Gue kira Lo ngga punya temen." Ejek Rio. Ibu langsung melotot ke arah Rio. Rio tak memperdulikannya. Ia tetap berjalan santai seperti tak ada perasaan bersalah kepada Acha.
<><><><>
Pagi harinya Shilla memulai aktivitasnya untuk berjualan koran. Dengan senyum yang khas dan tatanan rambut yang dikuncir satu dan tak lupa memakai topi Shilla siap mengantarkan koran ke langganannya.
Berbagai rute Ia lewati. Kali ini, Shilla memasuki daera kompek Anugerah. Rumah tempat Acha tinggal. Tapi Shilla tak mengetahui jelas keberadaan ruma Acha. Shilla hanya tau komplek dan Gangnya saja. Karena waktu itu, Acha minta diturunkan di Gang.
Shilla berenti di satu rumah yang cukup besar. Rumah bercet hijau pada pagarnya dan terdapat satu buah mobil honda CRV . Pagar rumah kebetulan sedang dibuka tapi tak ada satu pun penghuni rumah ada disitu.
" Gue lempar aja kali ya." pikir Shilla. Shilla lalu melempar satu buah koran lenggananya. Dan......
" Plaaaaakkk." Suara itu terdengar jelas di telinga Shilla. Sepertinya korannya mengenai salah satu penghuni rumah itu. Shilla langsung buru-buru mengayuh sepedanya. Baru saja jalan beberapa meter,, Suara yang bisa dibilang kencang menegur Shilla dengan sebutan lain .
" Eh, tukang koran,, Hati-hati dong kalo ngelempar!" Omel Penghuni rumah yang tadi terkena lemparan koran.
" Aduh mati deh Guee, Gue ngomong apa ya?" Shilla ketakutan. Dengan nyali yang cukup kuat, Shilla mengayuh sepedanya mundur ke arah rumah tadi. Sekarang sepeda Shilla sudah berada persis di rumah itu.
" Maaf Pak saya ngga sengaja."
" Pak..lo fikir Gue udah bapak-bapak apa! Muka masih ganteng gini disangka bapak-bapak." Kata orang itu sedikit membuat lelucon.
Shilla lalu memahami suara itu. Dan memang benar bukan bapa-bapa. Shilla lalu menengok ke arah orang itu.
"Jggrrr.. ternyataa orangnya seumuaran Gue toh" Batin Shilla
" Maaf, Gue fikir lo bapak-bapak tau-taunya Lo anak ingusan!" . Ejek Shilla .
" Lo berani ya ngejek gue seenaknya." Ucap Rio dengan nada meninggi.
" Beranilah.. ngapain takut! Mentang-mentang gue loper koran, gue jadi ngga berani gitu sama Lo...haha ." Respon Shilla.
Baru saja Orang itu ingin melanjtkan bacotnya, seorang gadis kecil sudah memenggil-manggil namanya.
" Kak Rio dipanggil Ibu tuh." Kata Gadis kecil itu. Pandangan Shilla dan Orang itu yang ternyata Rio lalu menuju ke arah Gadis yang ternyata Acha. Acha pun ikut memandang Mereka berdua. Betapa gembiranya Acha saat mengetahui Shilla ada disitu.
" Kak Shilla." Acha berlari kecil menghampiri Shilla. Rio memandang heran.
" Acha! Ini rumah Kamu ternyata." Tutur Shilla dengan ekspresi senang.
" Kak Rio, kenalin ini Kak Shilla, temen baru Acha." Acha menganggat lengan tangan Shilla.
" Oh ini yang Lo bilang Kak Shilla!" Rio menekankan ucapannya. " Gue udah kenal." Kata Rio jutek
" Asyik Kak rio uda kenal Kak Shilla." Acha berteriak bangga. " Kak Shilla main dulu yuk ke rumah Acha.." Ajak Acha.
" Lain kali aja ya. Kak Shilla masih harus nganterin koran ke langganan yang lain." Tolak Shilla cepat.
" Kurang kerjaan banget Lo ngajak loper koran main ke rumah." Samber Rio.
" Kak Rio ngga boleh ngatain Kak Shilla gitu.." Bela Acha
" Sok tau Lo.." Rio langsung masuk ke dalam rumah. Tinggal Acha dan Shilla yang masih berada di luar.
" Kak Shilla pamit ya Cha. Kak Shilla janji nanti kalo ada waktu, Kak Shilla bakal main kerumah Acha." Kata Shilla menjajikan.
" pintu rumah akan selalu kebuka kok buat Kakak." Acha melemparkan senyum khasnya ke Shilla.
" Bisa aja Kamu. Kalo gitu Kak Shilla kerja dulu ya! daaagh Acha."
" Daagh Kak Shilla."
<><><><>
Pulang sekolah, Rio berjalan agak lemes dari biasanya. Terik matahari yang siang itu sangat menyengat membuat Rio menjadi kurang sehat. Sesaat pandangannya gelap,, sesaat pandangannya terang. Lama-lama semua objek yang ada di sekitar Rio gelap... gelap dan... BRUUKK!
Rio tersadar . Rio merasa bingung melihat keadaan di rumah itu. Sepertinya ini bukan rumah Rio.
" Gue dimana? dan ini rumah siapa?" Gumam Rio sambil terus memegangi kepalanya yang masih sedikit sakit. Rio terus berjalan menyusuri rumah itu. Sangat sempit dan tidak begitu bagus dari rumahnya.
" Lo udah sadar." Suara itu mengagetkan Rio.
" Elo. Kok gue bisa ada di sini?" Tanya Rio masih bingung.
" Tadi Lo pingsan di tengah jalan. Kebetulan gue lagi lewat ! Gue suruh orang aja buat gotong lo ke rumah Gue." Jelas Shilla. Rio mengangguk mengerti.
" Thank ya Shill." Ucap Rio.
" samasama." Bales Shilla.
" Ini rumah Lo?" Tanya Rio basa-basi.
" iya.. " Jawab Shilla seraya melipat kedua tangannya.
" Orang tua Lo pada kemana?" Tanya Rio lagi yang masih penasaran.
" Udah meninggal. Gue disini tinggal sama tante. Itu juga kadang-kadang. seringan sih gue tinggal sendiri." Raut muka Shilla berubah sedih.
" Sedih banget hidup Lo." Pikir Rio. Shilla hanya tersenyum enteng.
" memang! lebih beruntung hidup lo kan! Lo masih punya rumah yang mewah, punya kakak yang sayang sama Lo, punya adek yang syang juga sama Lo, punya Ibu yang super sayangnya sama Lo walaupun, Ayah lo udah meninggal. Tapi setidaknya Lo lebih beruntung daripada Gue." Kata Shilla yang dengan sadar meneteskan air matanya.
" Lo tau dari mana soal hidup gue?" Rio mencermati Shilla dengan tatapan serius.
" Dari Acha. Acha cerita semuanya ke gue. Gue terharu banget denger cerita Acha. But, hati gue sakit lo ngelakuin adek lo sendiri seperti itu." Komen Shilla.
" Gue ngelakuin ini ada sebab. Gara-gara Acha, Ayah Kami meninggal." Terang Rio emosi.
" itu bukan salah Acha. semua itu udah takdir Rio,, TAKDIR!!. Lo ngga mikir gimana sakitnya Acha setiap hari lo marahin, lo jutekin, lo hina... Sakit Rio,,sakit! Gue bisa rasain itu. Karena gue pernah jadi mantan Kakak sebelum adik laki-laki gue meninggal karena sakit." Kata-kata Shilla semakin serius dan sukses membuat Rio tercengang dan terharu mendengarnya. Isakan Air mata Shilla mulai mengalir deras.
" Emang gue udah salah sama Acha. ! Gue minta maaf!" Rio tertunduk menyesal.
" Minta maaf ke Acha, Bukan sama Gue Yo!"
" Oke nanti gue sepulang dari sini, gue bakal minta maaf sama Acha!" Ucap Rio tegas. Shilla menatap senang ke arah Rio sambil sedikit tersenyum.
" Beneran Lo mau minta maaf dan ngga bakal ngelakuin hal kasar sama Acha." Kata Shilla mencoba menyakinkan.
" Bener. Makasih Lo udah nyadarin Gue. Ternyata berarti banget keluarga gue termasuk Acha. Sekali lagi thanks a lot." Rio langsung memeluk tubuh Shilla. Shilla kaget plus tak percaya atas semua kejadian ini. Gara-gara ucapan Shilla yang hanya separagraf itu, tapi bisa menyadarkan Rio akan kesalahannya selama ini.
' Oh my god, thank you very much.' Batin Shilla.
Tak berapa lama, Rio melepas pelukan itu. Memang diluar kendali Rio sampe-sampe Rio memeluk Shilla. Shilla dan Rio langsung bergegas menuju Rumah Rio.
" Assalamualikum." Suara lembut itu menyapa hangat penghuni di rumah Rio.
" Walaikumsalam." Jawab Acha, Ibu dan Riko.. kakak Rio yang baru pulang dari Surabaya.
Acha langsung memeluk Rio hangat. Rio juga ikut memeluk adiknya tak kalah hangat. Seuntai kata terlontar dari mulut Rio.
" Maafin Kakak ya! Kakak udah jahat sama Kamu." Bisik Rio pada Acha. Acha tersenyum bahagia dan mengangguk kencang. Shilla pun kitu tersenyum senang.
Rio lalu memeluk Ibu yang sedang duduk santai di runag tamu. Ibu pun membalas pelukan itu dengan senang. mendekap sang anak laki-lakinya yang kini sudah kembali seperti dulu lagi. Ya.. itu semua berkat nasihat dan cerita dari seorang Shilla, si loper koran yang miskin tapi memiliki hati yang mulia. Shilla berhasil menyatukan kembali menyatukan keluarga Rio dan Acha. Mereka bertiga ( Rio, Acha dan Riko) memeluk ibu satu-satunya itu. Karena mereka sadar, hanya Dia lah harta paling berharga di hdupya.
Tak ada masalh yang tak dapat diselesaikan. Setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Dan sebenci-bencinya orang kepada Kita, pasti Mereka memiliki rasa sayang yang besar terhadap Kita. karena tidak ada manusia yang sempurna.
.............the end...............
by: eka yuliasih (2010)
16/02/12
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar